Rabu, 29 Mei 2013

RESPONDING PAPER KELOMPOK 6


RESPONDING PAPER AGAMA JAIN
OLEH:RITA HARDIANTI
1.      Sejarah dan perkembangan agama jain
Agama jain adalah sebuah agama monastic kuno dari india. Agama ini menolak otoritas weda sebagaimana halnya agama budhha. Agama ini muncul  pada zaman wiracarita yakni masa akhir zaman brahmana, ketika ada perdebatan antara aliran teistis dan non teistis.
Jainisme sndiri mulai diakui keberadaannya di magadha, india utara sekitar abad ke-6 dan ke-5 sebelum masehi pada waktu itu mahavira menyebarkan ajaran-ajarannya. Oleh karena itu mahavira lebih dikenal sebagai nabi jainisme, bukan penciptanya. Hal ini diperkuat oleh kenyataan bahwa mahavira dianggap bukan yang paling dulu menyebarkan ajaran-ajaran jainisme tersebut. Namun diakui bahwa diantara sekian banyak tirthankara, Mahavira adalah yang paling akhir turun ke Dunia ini. Sehingga Ialah yang menyampaikan dan menyempurnakan ajaran-ajaran agama jain
Jainisme sndiri mulai diakui keberadaannya di magadha, india utara sekitar abad ke-6 dan ke-5 sebelum masehi pada waktu itu mahavira menyebarkan ajaran-ajarannya. Oleh karena itu mahavira lebih dikenal sebagai nabi jainisme, bukan penciptanya. Hal ini diperkuat oleh kenyataan bahwa mahavira dianggap bukan yang paling dulu menyebarkan ajaran-ajaran jainisme tersebut. Namun diakui bahwa diantara sekian banyak tirthankara, Mahavira adalah yang paling akhir turun ke Dunia ini. Sehingga Ialah yang menyampaikan dan menyempurnakan ajaran-ajaran agama jain
2.      Perkembangan Jainisme
Telah disebutkan di atas bahwa penyebaran hasil pemikiran Mahavira disebar melalui padato-pidato dan ceramah-ceramah diberbagai kota di india. Dari perjalanannya itu kemudian pengikut jaina lebih kurang satu juta orang dan semuanya berada di india seperti agama hindu, pada keseluruhannya tara sosial dan penidikan mereka bersifat tinggi.
Dewasa ini ada lebih dari 8 juta pengikut agama ini. Mereka terutama ditemukan di India. Secara sosial, biasanya para penganut Jainisme termasuk golongan menengah ke atas. Agama Jaina itu mewariskan bangunan-bangunan kuil yang amat terkenal keindahan arsitekturnya di India dan senantiasa dikunjungi wisatawan.
Agama jinisme dikenal di Asia Selatan (India) dan disebarkan oleh Vardamina (546 SM) yang berasal dari keluarga yang  sangat berkuasa pada masanya. Vardamina selama dua belas tahun hidup menjadi anggota masyarakat pertapa yang bernama Nirgrantha. Pada tahun ke-13 dalam pengembaraannya Vardamina mendapatkan ilham atau wahyu penerangan tentang hakikat Tuhan yang Maha Tahu, yang mengerti akan segala sesuatu yang ada di jagad raya ini baik yang tersembunyi maupun yang nampak. Dan pada selama tiga puluh tahun kemudian Vardamina menyiarkan agamanya. Dan setelah Vardamina Mahavira meninggal aliran jainisme pecah menjadi dua yaitu Svetambara (memakai jubah putih) dan Digambara (berpakaian langit atau telanjang) perpecahan tersebut terjadi Sekitar tahun 310 SM yakni lebih kurang tiga abad sepeninggal Mahavira. Perpecahan itu disebabkan musim paceklik di India utara. Sejumlah 12.000 orang dari jemaat jaina itu dibawah pimpinan Badhrabahu, melakukan perpindahan menuju ke belahan selatan India, berdiam dan menetap dalam wilayah Mysore. Dengan begitu jemaat terpecah menjadi dua, yaitu belahan utara dan belahan selatan. Belahan utara beriklim dingin dan be;lahan selatan beriklim panas. Di dalam wilayah yang beriklim panas itu, pakaian tidak diperlukan. Sedangkan di belahan utara lebih mengutamakan bertarak dan bertapa tetapi perpecahan itu belum resmi.
Kemudian Sekitar tahun 82 Masehi perpecahan itu menjadi resmi dan disebabkan masalah pakaian. Jemaat yang mendiami di belahan utara pegunungan vindaya selalu mengenakan pakaian putih, dan jemaat ini yang disebut dengan sekte svetambara (jemaat berpakaian putih). Sedangkan jemaat yang mendiami di belahan selatan pegunungan vindaya tidak mengenakan pakaian sehelai benang pun karena beriklim panas. Jemaat itu disebut dengan digambara (jemaat bertelanjang bugil bagaikan langit).
3.      System kepercayaan agama jain
1.      Konsepsi tentang tuhan
Agama jain atau jainisme menolak adanya tuhan yang dianggap sebagai pencipta atau penguasa dunia ini. Walaupun demikian menurut hut chison, paham jainisme tidak termasuk atheis, melainkan disebut non-teisme. Penyebutan ini didasarkan pada corak paha agama tersebut tentang apa yang disebut tuhan. Agama jain mengakui keberadaan apa yang disebut sang “Maha Kuat”, namun mengatakan bahwa sang maha kuat tersebut termasuk pula manusia, semuanya terbelenggu dalam alam dosa dengan sedikit atau tanpa ada kesempatan untuk melarikan diri darinya.
2.      Konsepsi tentang alam
Jainisme menganut filsafat dualisme, yaitu membagi alam saemesta ini menjadi dua kategori: zat yang hidup (jiva) dan zat yang tidak hidup (ajiva). Ajiva memiliki lima substansi yaitu benda (pudgala), dharma, adharma, ruang (akasa) dan waktu (kala). Unsure jiva dan keenam unsure ajiva tersebut disebut denga enam dravya.
3.      Konsepsi tentang karma
Jainisme tetap menerima ajaran tentang karma-samsara dalam pemikiran tradisional india, dan mengajarkan bahw karma terjadi karena tercampurnya jiva dan ajiva. Konsep karma dalam jainisme  berpangkal pada prinsip dualism antara jiwa dan benda, atas dasra prinsip tersebut, menurut jainisme tubuh manusia itu memenjarakan jiwanya.
4.      Pandangan tentang pencerahan
Tujuan akhir dari ajaran jain adalah untuk mencapai kehidupan yang sempurna memperoleh pengetahuan tentang pencerahan dan akhirnya moksa yakni terlepas dari siklus kelahiran kembali.
4.      PRAKTEK KEAGAMAAN DALAM JAINISME
A.    Asketisme
Menurut jai nada dua motif melakukan kehidupan asketik, pertama bahwa kehidupan asketik dianggap sebagai salah satu macam atletikisme spiritual yaitu latihan spiritual para atlit menjelang pertandingan. Kedua, bahwa kehidupan asketik itu menempatkan prinsip serba dua antara materi dan spirit (jiwa). Alu mencari cara untuk membebaskan jiwa yang terkurung dalam daging.
Jainisme sangantmementingkan asketisme. Hal ini diandaikan sebagai perjuangan mahavira untu memperoleh pengetahuan agungng. Karena itu sifat asketik jainisme menjadi bgitu kstrim dan ketat.
5.      Etika penganut agama Jain
Masyarakat jainisme terdiri atas pendeta, biara dan orang kebanyakan. Hanya ada lima disiplin spiritual didalam jainisme. Di dalam kasus kependetaan disiplin ini benar-baner ketat, kaku dan sangat fanatik. Sementara dalam kasus orang umum hal itu bisa di modifikasi. Kelima sumpah disebut “sumpah besar” (maha-vrta), sementara bagi orang umum disebut ‘sumpah kecil’ (anu-vrta). Kelima sumpah tersebut adalah (1) ahimsa (non kekerasan), (2) satya (kebenaran di dalam pikiran), (3) asteya (tidak mencuri), (4) brahmacharya (berpantang dari pemenuhan nafsu baik pikiran, perkataan maupun perbuatan), dan (5) aparigraha (ketakmelekatan dengan pikiran, perkataan dan prbuatan). Dalam halo rang umum, aturan ini bisa di modifikasi dan disederhanakan.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan