Selasa, 28 Mei 2013

MAKALAH KELOMPOK 10

Agama Baha’i
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Agama-agama Minor
Dosen Pembimbing:
Hj.Siti Nadroh M.ag

Oleh :
Ita Siti Nurhalimah
1110032100012









JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013

Pendahuluan


“Tujuan dasar yang menjiwai
Keyakinan dan Agama Tuhan ialah
untuk melindungi
kepentingan-kepentingan umat manusia dan
memajukan kesatuan umat manusia,
serta untuk memupuk
semangat cinta kasih dan persahabatan
di antara manusia



Pengertian
 Bahá’í adalah agama yang independen dan bersifat universal, bukan sekte dari agama lain. Pesuruh Tuhan dari agama Bahá’í adalah Bahá’u’lláh, yang mengumumkan bahwa tujuan agama-Nya adalah untuk mewujudkan transformasi rohani dalam kehidupan manusia dan memperbarui lembaga-lembaga masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keesaan Tuhan, kesatuan agama, dan persatuan seluruh umat manusia.
Umat Bahá’í berkeyakinan bahwa agama harus menjadi sumber perdamaian dan keselarasan, baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa maupun dunia. Umat Bahá’í telah dikenal sebagai sahabat bagi para penganut semua agama, karena melaksanakan keyakinan ini secara aktif.
Sejarah
Sekte islam syiah terutama di persia selalu mengajarkan 12 orang keturunan ali yang sah.12 orang tersebutlah yang menunjukan pintu gerbang kepada pengikutnya untuk memperoleh jalan menuju kebenaran agama.imam yang ke 12 hilang pada abad ke 19 dan kaum syiah selalu percaya bahwa suatu saat nanti dia akan muncul kembali sebagai mahdi.[1]
Bahaullah sebagai pendiri
Sayyid Ali muhamad yang lebih dikenal dengan gelarnya bab dilahirkan pada tanggal 20 oktober 1819 di shiraz iran,bab berasal dari keluarga terkemuka dan mulia merupakan keturunan nabi muhamad.ayahnya meninggal ketika bab masih kecil dan bab diasuh dan di besarkan oleh pamanya.ketika sekolah ia memiliki kemampuan yang luar biasa dan akhirnya ia keluar dari sekolah dan ketika dewasa ia bekerja bersama pamanya sebagai pedagang di Bushihr sebuah kota di brat daya kota shiraz,pada saat itulah bab menikah dan mempunyai anak yang bernama Ahmad dan meninggal ketika masih bayi pada tahun sebelum bab mengumumkan dirinya sebagai qaim yang di janjikan.
            Sekitar tahun 1840 bab tinggal selama setahun di kota kota suci syiah di irak tempat dia menjalin kontak langsung  dengan Sayyid khazim Rasyti,pemimpin madzhab syaikiyah semi ortodoks yang menekan gagasan esoteris.
            Setelah wafatnya sayyid khazim pada awal tahun 1844 seorang muridnya yang terkemuka yang bernama Mulla husayn pergi ke sebuah masjid dan bermeditasi selama 40 hari.mulla husayn terus kesana kemari  mencari qaim yang telah dijanjikan itu dan akhirnya ia ketemu dengan bab dan setelah berbincang bincang lalu bab menunjukan bukti bukti yang jelas bahwa beliaulah qaim yang di janjikan,ia menulis dengan sangat cepat  bagian pertama dari tafsirnya al-qur’an surat yusuf kemudian ia menyampaikan kata-kata berikut kepada mulla husayn:[2]
            “wahai engkau yang pertama beriman kepadaku sesungguhnya aku katakan,akulah bab pintu tuhan dan engkaulah babul bab pintu dari segala pintu itu.
            Pada tahun 1844 seorang muslim syiah bernama Mirza ali Muhamad menyatakan dirinya sebagai imam yang ke 12yang dijanjikan.ia menyebut dirinya dengan nama bab al-din(pintu agama)dan memberi dukungan yang luas pada perbaikan sosial seperti peningkatan status wanita.bab al-din mengumpulkan muridnya dan membentuk kelompok yang disebut babis.kelompok ini tidak bertahan lama karena berhasil di hancurkan melalui kekuatan agama dan politik bangsa persia.pada tahun 1850 bab al din dihukum mati di depan khalyak ramai,sedangkan muridnya ada yang di penjara atau di hukum mati.sebelum mati beliau menjanjikan bakal ada seseorang yang membawa agama universal.jasad bab diselamatkan oleh para pengikutnya dan diawetkan.akhirnya jasad bab dipindahkan ke haifa di palestina tempat ia di kuburkan.
            Salah satu murid bab yang dipenjara Mirza Husein ali adalah seorang anak dari keluarga terkemuka di persia,keluarga mirza tidak di hukum mati bersama bab tetapi di penjara di teheran.pada tahun 1852 para pengikut bab yang lain merencanakan pembunuhan terhadap syakh iran yang menyebabkan terjadinya penganiyayan terhadap kelompok ini,mirza ali di asingkan ke bagdad selama 10 tahun.selama dalam perasingan mirza ali menampakan dirinya sebagai seorang yang diramalkan bab al din.
            Ketika diasingkan dari bagdad ke konstantinovel pada malam keberangkatanya dia menyatakan kepada para pengikutnya sebagai orang yang di janjikan bab al din.pernyataan ini terjadi di Ridwan dekat baghdad dan sekarang ini setiap tahun diperingati oleh kaum baha’i dengan suatu pesta.mirza menyebut dirinya bahaullah(keagungan Allah) dan para pengikut bab al din yang menerima dan mengikuti ajaranya disebut sebagai kaum baha’i.
            Pada tahun-tahun perkembanganya bahaullah dan pengikutnya di usir dari satu kota ke kota lainya di wilayah timur tengah.dari konstantinopel mereka pergi ke andrianople.akhirnya mereka diasingkan dan di penjarakan di turki di kota acca palestina.orang yang pertama kali dipenjarakan adalah Bahaullah kemudian di ikuti oleh sekitar 80 pengikutnya yang di penjarakan selama 2 tahun di barat militer.pada saat penjara mereka hidup menderita dan sengsara karena lapar dan sakit.selain itu mereka dipindahkan ke tempat lain yang sedikit lebih menyenangkan.bahaullah dibebaskan namun ia menjalani sisa hidupnya sebagai orang tahanan pemerintahan turki di acca.sekalipun ditahan selama beberapa tahun di acca dia menyebarkan ajaran-ajaranya tentang persatuan dan perdamaian dunia.
            Pada saat itu ia telah menulis beberapa buku dan tulisan-tulisan lainaya.salah satu tulisan tersebut yang berisi tentang tujuan dan misinya dikirimkan pada paus dan beberapa kepala negara dunia serta meminta bantuan mereka dalam meningkatkan perdamaian dunia,dia menulis beberapa buku diantaranya kitabi aqdas,kitabi iqan,dan the hidden words.dia meninggal di acca pada tahun 1892 pada usia 75 tahun.
            Kepemimpinan gerakan baha’i di lanjutkan oleh anaknya,Abbas Effendi yang dikenal dengan abdul baha.abdul baha melanjutkan program pengjaran ayahnya pada tahun 1908 dia di bebaskan oleh pemerintah turki.sisa hidupnya ia gunakan untuk melakukan perjalan jauh sampai ke negri eropa dan amerika utara guna menyebarkan doktrin-doktrin baha’i dan mendirikan beberapa perkumpulan baha,i di berbagai daerah.pada tahun 1920 kerajaan inggris menganugrahkan gelar kebangsawanan kepadanya.
            Pada tahun 1021 kepemimpinan gerakan Baha’i di lanjutkan oleh cucu lelakinya,shogi Effendi yang melanjutkan usaha pendirian lokal dan nasional di banyak negara hingga wafatnya pada tahun 1957.setelah itu,pemimpin baha’i bukan lagi berdasarkan keturunan Bahaullah tetapi oleh seorang yang dipilih dari berbagai perkumpulan baha’i di seluruh dunia.
Ajaran Baha’i
Ke esaan Tuhan
Bahá’u’lláh mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan Yang Maha Agung, yakni Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengirim para Rasul dan Nabi untuk membimbing manusia. Oleh karena itu, semua agama yang bersumber dari satu Tuhan ini, haruslah menunjukkan rasa saling menghormati, mencintai, dan niat baik antara satu dengan yang lain.

“Tiada keraguan apa pun bahwa semua manusia di dunia, dari bangsa atau agama apapun, memperoleh ilham mereka dari satu Sumber surgawi, dan merupakan hamba dari Satu Tuhan.” — Bahá’u’lláh
Umat Bahá’í percaya bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta alam semesta dan Dia bersifat tidak terbatas, tak terhingga dan Maha Kuasa. Tuhan tidak dapat dipahami, dan manusia tidak bisa sepenuhnya memahami realitas Keilahian-Nya. Oleh karena itu, Tuhan telah memilih untuk membuat Diri-Nya dikenal manusia melalui para Rasul dan Nabi, seperti Ibrahim, Musa, Krishna, Zoroaster, Budha, Isa, Muhammad, dan Bahá’u’lláh. Para Rasul dan Nabi yang suci itu bagaikan cermin yang memantulkan sifat-sifat dan kesempurnaan Tuhan. Mereka merupakan saluran suci untuk menyalurkan kehendak Tuhan bagi umat manusia melalui Wahyu Ilahi, yang terdapat dalam Kitab-kitab Suci berbagai agama di dunia. Wahyu Ilahi adalah “Sabda Tuhan” yang dapat membuka potensi rohani setiap individu serta membantu umat manusia berkembang terus-menerus menuju potensinya yang tertinggi.

Keselarasan dan Toleransi antar Umat Beragama
Umat Bahá’í percaya bahwa tujuan agama adalah mewujudkan persatuan dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia. Saling menghormati dan mencintai serta kerja sama di antara pemeluk agama yang berbeda akan membantu terwujudnya masyarakat yang damai. Karena itu, umat Bahá’í aktif berperan di berbagai usaha serta proyek-proyek yang memajukan persatuan agama dan yang meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap agama-agama lain. Umat Bahá’í menghormati keanekaragaman dalam melakukan ibadah keagamaan.  
penuh semangat untuk mengabdi kepada rakyat banyak, melupakan manfaat duniawi bagi dirinya sendiri, dan bekerja hanya demi kebaikan umum.”-----‘Abdu’l-Baha

Kesatuan Dalam Keanekaragaman
Salah satu ciri khas masyarakat Bahá’í di seluruh dunia adalah keanekaragaman anggotanya. Agama Bahá’í merangkul orang-orang yang berasal dari ratusan ras, suku, dan bangsa, bermacam-macam profesi, serta berbagai golongan sosial ekonomi----semuanya bersatu demi mengabdi pada kemanusiaan. Dalam masyarakat Bahá’í keanekaragaman dihormati dan dihargai; dan pengalaman persatuan ini menunjukkan bahwa umat manusia, dengan segala keanekaragamannya, dapat hidup bersatu dengan penuh kedamaian dan cinta.
“Orang-orang yang dianugerahi dengan keikhlasan dan iman  seharusnyabergaul dengan semua kaum dan bangsa di dunia dengan perasaan gembira dan hati yang cemerlang, oleh karena bergaul dengan semua orang telah memajukan dan akan terus memajukan persatuan dan kerukunan, yang pada gilirannya akan membantu memelihara ketentraman di dunia serta memperbarui bangsa-bangsa.”-----Bahá’u’lláh
“Engkau adalah buah-buah dari satu pohon, dan daun-daun dari satu dahan. Bergaullah engkau satu sama lain dengan penuh cinta dan keselarasan , dengan persahabatan dan persaudaraan. Sedemikian kuat cahaya persatuan itu sehingga dapat menerangi seluruh dunia.” Bahá’u’lláh
“Keanekaragaman umat manusia seharusnya menjadi penyebab cinta dan keselarasan, seperti halnya dalam musik di mana banyak nada yang berbeda-beda dipadukan dalam sebuah paduan nada yang sempurna. Jika engkau bertemu dengan orang-orang dari ras atau warna kulit yang berbeda denganmu, janganlah mencurigai mereka dan menarik dirimu ke dalam cangkang adatmu, tetapi sebaliknya bergembiralah dan perlihatkanlah keramahan terhadap mereka. Anggaplah mereka sebagai bunga-bunga mawar yang berwarna-warni, yang tumbuh di kebun indah kemanusiaan, dan bergembiralah karena engkau berada bersama mereka.
Demikian juga, jika engkau bertemu dengan orang-orang yang mempunyai pendapat-pendapat yang berbeda dengan pendapatmu, janganlah berpaling dari mereka. Semua mencari kebenaran, dan ada banyak jalan yang menuju ke sana. Kebenaran memiliki banyak aspek, tetapi kebenaran selalu tetap satu.”-------‘Abdu’l-Baha

Kesatuan Umat Manusia
Agama Bahá’í mengajarkan bahwa semua manusia adalah sama di hadapan Tuhan, dan mereka harus diperlakukan dengan baik, harus saling menghargai dan menghormati. Bahá’u’lláh mencela prasangka ras dan kesukuan, serta mengajarkan bahwa semua orang adalah anggota dari satu keluarga manusia, yang justru diperkaya dengan keanekaragamannya.

Sifat Roh dan Kehidupan Sesudah Mati
Umat Bahá’í percaya tentang adanya roh yang kekal yang ada pada setiap manusia walaupun kita tidak sepenuhnya mampu memahami sifat roh itu. Bahá’u’lláh bersabda:
“Engkau telah menanyakan kepada-Ku mengenai hakikat roh. Ketahuilah bahwa sesungguhnya roh adalah sebuah tanda Tuhan, sebuah permata surgawi yang kenyataannya telah gagal dipahami oleh orang-orang yang paling terpelajar, dan tidak ada akal, betapa pun tajamnya, yang dapat berharap untuk membuka rahasianya.”
Dalam kehidupan yang fana ini, roh seseorang tumbuh dan berkembang sesuai dengan hubungan rohaninya dengan Tuhan. Hubungan ini dapat dipelihara dengan jalan mengenal Tuhan dan ajaran-ajaran-Nya yang diwahyukan oleh para Rasul dan Nabi-Nya, seperti cinta pada Tuhan, doa, meditasi, puasa, disiplin moral, kebajikan-kebajikan Ilahi, menjalankan hukum-hukum agama, dan pengabdian kepada umat manusia. Semua itu memungkinkan manusia untuk mengembangkan sifat-sifat rohaninya, yang merupakan pondasi bagi kebahagiaan manusia serta kemajuan sosial, dan juga untuk menyiapkan rohnya untuk kehidupan sesudah mati.
Agama Bahá’í mengajarkan bahwa realitas rohani setiap manusia, yaitu roh, adalah abadi. Pada saat kematian, roh manusia akan melanjutkan perjalanannya dalam alam rohani. Orang-orang yang telah menaati ajaran-ajaran para Rasul dan telah mengembangkan kapasitas rohani mereka, kelak sesudah mati, akan mendapatkan keuntungan atas perbuatan-perbuatan mereka. Bahá’u’lláh bersabda:
“Ketahuilah olehmu bahwa roh, setelah berpisah dari tubuhnya, akan terus maju hingga mencapai hadirat Tuhan ... Roh itu akan ada selama berlangsungnya kerajaan Tuhan, kedaulatan-Nya, kekuasaan dan kekuatan-Nya. Ia akan memperlihatkan tanda-tanda Tuhan dan sifat-sifat-Nya, dan akan mewujudkan kasih sayang dan kedermawanan-Nya. Gerakan pena-Ku terhenti tatkala ia berupaya untuk menggambarkan dengan patut keluhuran dan
kemuliaan kedudukan yang maha tinggi itu… Diberkatilah roh yang pada saat berpisah dari tubuhnya, disucikan dari segala khayalan sia-sia semua kaum di dunia. Roh semacam itu hidup dan bergerak sesuai dengan Kehendak Penciptanya, dan memasuki Surga Yang Maha Tinggi. Bidadari-bidadari Firdaus, para Penghuni Surga Terluhur, akan berkeliling di sekitarnya, dan Nabi-nabi Tuhan serta orang-orang pilihan-Nya, akan bergaul dengannya. Roh itu akan dengan bebas bercakap-cakap dengan mereka, dan akan menceritakan kepada mereka apa yang telah dialaminya di jalan Tuhan, Tuhan sekalian alam … Para Nabi dan Rasul Tuhan telah diutus hanya dengan tujuan membimbing umat manusia ke jalan lurus kebenaran. Maksud yang mendasari wahyu semua Nabi dan Rasul itu adalah untuk mendidik semua manusia, agar pada saat kematiannya manusia dapat naik dalam keadaan yang paling suci dan murni serta lepas dari segala-galanya, ke hadapan takhta Yang Maha Tinggi ... ”
“Alam baka berbeda dengan alam in,i seperti halnya alam ini berbeda dengan alam janin yang masih berada dalam kandungan ibunya. Ketika roh mencapai Hadirat Tuhan, ia akan mendapatkan wujud yang paling cocok dengan keabadiannya dan yang pantas bagi kediaman surgawinya.”

Budi Pekerti yang Luhur
Umat Bahá’í percaya bahwa manusia harus berupaya memperoleh sifat-sifat mulia serta bertingkahlaku sesuai dengan standar moral yang tinggi. Salah satu tujuan dasar kehidupan Bahá’í adalah mengembangkan dan memperoleh sifat-sifat mulia seperti kebaikan hati, kedermawanan, toleransi, belas kasihan, sifat dapat dipercaya, niat yang murni, dan semangat pengabdian. Umat Bahá’í dilarang bergunjing, berbohong, mencuri, dan berjudi. Kebajikan-kebajikan tersebut diajarkan kepada anak-anak sejak usia dini, sehingga menjadi bagian utama dari akhlak mereka dan mengarahkan mereka kepada Tuhan, sehingga dengan demikian mereka akan lebih mampu mengabdi pada umat manusia.
“Maksud Tuhan Yang Maha Esa dalam menyatakan Dirinya adalah untuk memanggil seluruh umat manusia kepada kejujuran dan ketulusan, kepada kesalehan dan sifat dapat dipercaya, kepada ketawakalan serta ketaatan pada Kehendak Tuhan, kepada ketabahan dan kebaikan hati, kepada keadilan dan kearifan. Tujuan-Nya adalah untuk membalut setiap manusia dengan pakaian watak yang suci, serta menghiasinya dengan perhiasan perbuatan-perbuatan yang suci dan baik.” — Bahá’u’lláh
“Cahaya dari watak yang baik melebihi cahaya dan kecemerlangan matahari. Barangsiapa mencapai tingkat ini, dianggap sebagai permata di antara manusia. Kemuliaan dan keluhuran dunia tergantung padanya ... ” — Bahá’u’lláh
“ ... bukankah tujuan setiap Wahyu adalah mewujudkan perubahan menyeluruh pada karakter manusia, suatu perubahan yang akan terwujudkan baik ke dalam maupun ke luar, yang akan mempengaruhi kehidupan batinnya maupun kondisi lahirnya?” — Bahá’u’lláh
“Semua manusia diciptakan untuk memajukan peradaban yang terus berkembang. Kebajikan-kebajikan yang sesuai dengan harkat manusia ialah kesabaran, belas kasihan, kemurahan hati, dan cinta kasih terhadap semua kaum dan umat di bumi ... ” — Bahá’u’lláh

Kemandirian dalam mencari kebenaran
            Dalam pencarian kebenaran mesti indevenden,tidak terkekang oleh sikap takhayul atau tradisi.setiap orang yang ingin jadi pengikut baha’i harus memiliki keinginan untuk mencari kebenaran Tuhan tanpak menyandarkan diri kepada para Nabi atau tradisi-tradisi masa lalu.kebebasan manusia melihat perwujudan tuhan melalui pandangan kesatuan dan memandang semua urusan dilihat dengan tajam.merupakan salah satu dasar pengajaran baha’i.
Persamaan kaum wanita dan pria
            Baha’i barangkali hanya satu satunya agama di dunia yang sejak semula menegaskan tentang kesamaan wanita dan pria.
            Kemanusiaan seperti seekor burung dengan dua sayapnya.sayap yang satu adalah jantan dan yang lainya adalah betina.jika kedua sayap tersebut tidak kuat dan tidak di dorong oleh kekuatan yang seimbang burung tersebut tidak bisa terbang.sesuai dengan semangat zaman ini,kaum wanita harus maju dan memperoleh tugasnya disemua bidang kehidupan sehingga menjadi sama.
            Pendidikanmerupakan kewajiban yang harus diterapkan.sekalipun bahaullah dan abdul baha tidak pernah memperoleh kesempatan dalam pendidikan formal keduanya mengajarkan bahwa pendidikan universal merupakan syarat mutlak bagi perdamain dan stabilitas dunia.
           Bahasa universal. Menambah pandangannya tentang pendidikan universal. Baha’i mengajarkan bahasa yang universal, sebagaimana bahaallah yang pernah menyatakannya, “kami telah memerintahkan para wakil dewan peradilan, baik yang berasal dari kultur setempat maupun dari wilayah-wilayah baru, dan dalam kaitannya dengan sumber-sumber tulisan umum, mengajarkan tulisan-tulisan tersebut kepada anak-anak di semua sekolah di seluruh dunia, sehingga dunia menjadi satu tanah dan rumah”. Abdul baha adalah seorang penganjuruntuk menggunakan bahasa esperanto sebagai bahasa universal.
Perbedaan antara kekayaan dan kemiskinan harus di hilangkan.
 Bahaallah datang dari kalangan keluarga kaya, tetapi menghabiskan masa hidupnya, lebih banyak di penjara sehingga dia benar-benar menyadari dan merasakan perbedaan tersebut.oleh karena itu, ia meyakini bahwa perbedaan tersebut tidak sehatdan tidak normal danharus dihilangkan. Sekalipun demikian, ia tidak memberikan rencana terperinci tentang sebagaimana seharusnya mengubah kondisi demikian. Hanya saja, dia menganjurkan kepada golongan kayadi seluruh dunia untuk bermurah hati dan menyumbangkan sebagian hartanya kepada orang miskin. Dia pun menganjurkan kepada semua pemerintahan di seluruh dunia untuk membuat peraturan atau undang-undang yang menghalangi trjadinya jurang pemisah yang tajam antara yang miskin dan kaya.
Pendidikan Diwajibkan bagi Setiap Manusia
Bahá’u’lláh memberi kewajiban kepada orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, baik perempuan maupun laki-laki. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kewajiban ini karena keadaan ekonominya, masyarakat harus membantu mereka. Di samping pelajaran keterampilan, keahlian, seni, dan ilmu pengetahuan, perlu diperhatikan juga pendidikan akhlak dan moral anak-anak. Tanpa pendidikan, seseorang tidak mungkin mencapai seluruh potensinya atau memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan
haruslah universal dan wajib.


Memajukan Perkembangan Kaum Wanita
Harus tersedia kesempatan yang sama bagi perkembangan wanita dan pria, terutama kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan. Wanita dan pria adalah bagaikan dua belah sayap dari burung kemanusiaan. Perkembangan seluruh kemampuan dan potensi masyarakat hanya dapat di wujudkan bila kedua sayapnya itu sama kuat.
Bahaulah terus mendesak kaum pria untuk menyadari dan memberikan rumus penuh dengan kesempurnaan laten dalam diri[4]
Sembahyang Wajib, Puasa, dan Doa
Umat Bahá’í seperti juga umat agama-agama lainnya, diwajibkan untuk bersembahyang yang dilaksanakan secara individu, serta untuk berpuasa selama periode tertentu. Selain sembahyang wajib, terdapat pula banyak doa dan Tulisan Suci lainnya yang dianjurkan untuk dibaca dan dipelajari. Kewajiban-kewajiban kerohanian itu membantu orang-orang Bahá’í untuk memenuhi tujuan hidup mereka, yaitu mengenal dan menyembah Tuhan dan berkembang secara rohani
 Pembentukan liga bangsa-bangsa
dunia peradilan yang memutuskan pertentangan dan perselisihan antara bangsa-bangsa harus dilembagakan. Empat puluh tahun sebelum terbentuknya bangsa bangsa Bahaullah telah mengusulkan dibentuknya organisasi ini dari sel penjaranya di Acca namun ketika liga bangsa bangsa di bentuk setelah perang dunia ke 1 Abdul baha menganggapnya terlalu lemah untuk efektif.
Akhirnya semua puncak dari ajarah Baha’i adalah membangun perdamaian yang permanen dan universal dan menjadi cita-cita utama seluruh umat manusia.
Berbeda dengan islam dan agama-agama barat lainya baha’i meyakini bahwa neraka dan surga bukanlah tempat.akan tetapi kondisi dari jiwa yang tiada lain adalah realitas manusia.sifatnya abadi dan terus sesuai dengan keinginan tuhanmaka itulah surga.sebaliknya jika jiwa manusia adalah tuhan maka itulah neraka.dengan demikian penggambaran surga pada agama lain hanya simbol bukan yang sebenarnya.
Ketika Baha’i berbicara tentang persatuan umat yang dimaksud bukan hanya kesatuan dalam hidup ini saja melainkan kehidupan dan mati sekaligus.dengan demikian hidup dan mati itu saling berkaitan erat.Abdul Baha meyakini bahwa pandangan ini dihubungkan dengan kekuatan istimewa para nabi dan orang orang suci yang melihat ke dunia lain melambangkan adanya saling keterkaitan.
Berdasarkan kepercayan Baha’i tentang kesatuan mutlak Tuhan maka dalam segala hal tidak boleh ada kejahatan,jika Tuhan itu ada dan sama tidak ada tokoh setan di alam semesta.sebagaimana kegelapan hanyalah tidak ada cahaya.dengan demikian munculnya kejahatan hanyalah keadan yang baik menurut abdul baha.
Dalam Dunia tidak ada kejahatan semua adalah baik,sifat dan bakat manusia tertentu yang nampaknya jelek pada kenyatan tidak demikian.

RUMAH – RUMAH IBADAH BAHÁ’Í
Rumah ibadah Bahá’í dibangun dengan dana yang berasal dari sumbangan orang-orang Bahá’í dari seluruh dunia. Rumah Ibadah ini dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dikenal dengan nama *Mashriqu’l-Adhkár, yang secara harfiah berarti “tempat terbit pujian kepada Tuhan.” Rumah ibadah Bahá’í terbuka bagi penganut dari semua agama.
Rumah ibadah tersebut merupakan tempat untuk berdoa dan bermeditasi bagi individu dan masyarakat. Saat ini, rumah ibadah Bahá’í sudah ada di setiap benua di dunia: di New Delhi, India; di Apia, Samoa Barat; di Kampala, Uganda; di Sidney, Australia; di Panama City, Panama; di Wilmette, Illinois, Amerika Serikat; dan di Frankfurt, Jerman. Di seluruh dunia, sudah disiapkan lebih dari 120 lokasi tempat akan didirikannya rumah-rumah ibadah tersebut. Pada masa yang akan datang setiap masyarakat Bahá’í setempat akan mempunyai rumah ibadahnya sendiri.
Rumah ibadah Bahá’í bebas untuk memiliki rancangannya sendiri, namun semua harus mengikuti pola arsitektur yang bertemakan ketunggalan , yakni harus mempunyai sembilan sisi dan sebuah kubah di tengahnya. Para pengunjung dapat memasuki rumah ibadah dari sisi mana saja, namun mereka di satukan di bawah satu kubah. Acara ibadah terdiri dari pembacaan Tulisan Suci Bahá’í dan Tulisan Suci agama-agama lain, dan diperbolehkan pula adanya iringan musik tanpa instrumen (akapela). Tidak ada khotbah, *ritus atau pendeta. Tiap tahun jutaan orang dari semua agama di dunia mengunjungi rumah-rumah ibadah Bahá’í untuk berdoa dan bermeditasi.
Bahá’u’lláh bersabda bahwa rumah ibadah Bahá’í nanti akan berfungsi sebagai titik pusat kehidupan rohani masyarakat. Di sekelilingnya akan terdapat lembaga-lembaga yang antara lain bergerak dalam bidang ilmu pengetahuan, pendidikan, sosial-kemanusiaan lainnya seperti rumah sakit dan rumah jompo, dan administrasi masyarakat Bahá’í. Sehingga dengan demikian rumah ibadah Bahá’í akan mewujudkan konsep perpaduan “ibadah dan pengabdian” sesuai dengan ajaran Bahá’u’lláh.

TULISAN SUCI BAHÁ’Í
Salah satu keunikan Wahyu Agama Bahá’í ialah masih tersimpannya dengan baik semua Tulisan-tulisan Suci dalam bentuk asli yang disahkan oleh Bahá’u’lláh sendiri, sehingga tidak ada keraguan atas keasliannya. Dalam Ayat-ayat Suci-Nya yang diwahyukan antara tahun 1853-1892, Bahá’u’lláh mengulas berbagai hal, seperti keesaan Tuhan dan fungsi Wahyu Ilahi; tujuan hidup; ciri dan sifat roh manusia; kehidupan sesudah mati; hukum-hukum dan prinsip-prinsip Agama; ajaran-ajaran akhlak; perkembangan kondisi dunia serta masa depan umat manusia. Selain dituntun oleh Tulisan Suci Bahá’u’lláh, kehidupan masyarakat Bahá’í juga dibimbing melalui buku-buku dan surat-surat yang ditulis oleh ‘Abdu’l-Bahá dan Shoghi Effendi. Buku-buku Bahá’í kini dapat dibaca dalam lebih dari 800 bahasa


Kesimpulan
            Baha’i menyatakan bahwa semua agama yang ada di dunia berasal dari satu sumber yaitu satu kesatuan dasar dari semua kebenaran agama.begitu juga dengan para nabi yang berasal dari satu Tuhan.semua agama harus menyesuaikan antara sains dan pendidikan sehingga dapat memberikan satu tatanan perdamaian di dunia mengakui persamaan antar bangsa dan adanya kesempatan yang sama antara kaum laki-laki dan wanita.melalui berbagai pokok ajaran tersebut baha’i memperoleh banyak pengikut di seluruh dunia.








































DAFTAR PUSTAKA
Ghazali Aceng muchtar,Ilmu Perbandingan Agama,Pustaka Setia Bandung 2000
Esslemont,Bahaullah and the new era,Bahai publishing Trust Book
Christie leo,konsep roh dalam agama baha’i hal.10-15(skripsi) UIN Jakarta 2000
 Hartz paula,word religion baha’i faith e-book






[1] Aceng muchtar gozali,ilmu perbandingan Agama hal.99
[2] Leo christie,konsep roh dalam agama baha’i hal.10-15(skripsi)
[3] Paula Hartz,word religion baha’i faith hal 10-20
[4] J.E esslemont,Bahaullah and the New Era,hal 99

Tiada ulasan:

Catat Ulasan