Agama Mesopotamia dan Babilonia
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
“Agama-agama Minor”
“Agama-agama Minor”
Dosen Pembimbing : Hj.Siti Nadroh,
M.Ag
Disusun Oleh :
Firdan Bagus Prangesta
1110032100016
Muhammad
Haikal Rahmatullah
1110032100011
PERBANDINGAN AGAMA VI/A
USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
PENDAHULUAN
Ribuan tahun sebelum masehi (sekitar 3500 SM)
di wilayah Irak telah berdiri beberapa kerajaan besar yang membangun peradaban
dunia paling awal, seperti Sumeria, Akkad Assyiria dan Babilonia. Peradaban
dunia paling awal berkembang didaerah Iraq sekarang khususnya di lembah sungai
Tigris. Tahun 539 SM wilayah ini dikuasai kerajaan Persia tahun 331 SM Iskandar
Agung (Iskandar Dzulkarnain) mengusir bangsa Persia dan pemerintahan Yunani
berkuasa di wilayah ini. Orang Yunani menyebutnya Mesopotamia. Tahun 115 SM
wilayah itu menjadi bagian dari kekaisaran Roma selama 500 tahun. Kemudian
sebagian daerahnya dikuasai Persia daerah lain tetap dikuasai roma hingga datangnya
Islam.
A. MESOPOTAMIA
a. Sejarah
Secara Etimologi Mesopotamia berasal dari
Bahasa Yunani yang Artinya “Between the Rivers” yaitu Dua Sungai. Sungai yang
dimaksud adalah Sungai Tigris dan Sungai Eufrat. Dilihat dari kondisi Geografi
disebelah Utara Mesopotamia dibatasi oleh bukit-bukit, gunung-gunung batu, dan
area pertanian. Sedangkan disebelah Selatan Mesopotamia dihiasi dengan rawa
yang luas dan tanah tandus.[1]
Berabad-abad lamanya Mesopotamia telah menjadi
pusat akulturasi terbesar yang pernah ada karena telah terjadi migrasi besar ke
arah Mesopotamia dari berbagai arah seperti Arabia dan Mesir. Maka tidaklah
heran jika Mesopotamia menjadi daerah yang memiliki banyak keragaman contohnya
dalam hal Hukum, hukum yang berlaku adalah “hierarchies of deities” yakni hukum
“Para Dewa” baik yang bersifat Indigenos maupun Imigran.[2]
Para ahli sejarah menjelaskan bahwa di
Mesoporamia telah terjadi pertumbuhan kebudayaan yang melahirkan banyak
perkampungan kemudian berubah menjadi kota-kota kecil disepanjang Mesopotamia
seperti Erech, Eridu, Lagash, Ur, Nippur dan yang lainnya, ada yang menyebutkan
sekitar abad 3500 SM dan ada juga yang
berpendapat sekitar 4000 tahun SM.[3]
Akan tetapi sistem tata Negara baru terbentuk pada awal millennium ke-3 SM.
Jika dilihat time line Mesopotamia, maka
daratan yang dikenal sebagai Iraq ini memiliki pola peradaban yang sangat
panjang.
Waktu
|
Peradaban
|
3500
SM
|
Lahirnya
Kota-kota kecil di Mesopotamia
(Bangsa
Sumeria)
|
3200
SM
|
Huruf
dan Gambar mulai dikenal (Piktografi)
|
3000
SM
|
Kelahiran
Penulisan bahasa Sumerian
|
2800
SM
|
Kisah
Gilgamesh
|
2600
SM
|
Lahirnya
raja-raja di kota Ur
|
2400
SM
|
Tulisan-tulisan
Kuno
|
2300
SM
|
Sumerian
tergabung dalam kekuasaan King Sargon ( Bangsa Akkad)
|
2200
SM
|
Ekspansi
Dinasti Akkad sekaligus masa kemundurannya
|
2100
SM
|
Ur
menjadi Ibu Kota sekaligus Dinasti Baru
|
2000
SM
|
Dinasti
Ur dihancurkan oleh Elamites dan Amorites
|
1900
SM
|
Bahasa
dan penulisan Akkad mulai digunakan
|
1800
SM
|
Massa-masa
Hammurabi
|
1600
SM
|
Babylonia
direbut Bangsa Hitti
|
1200
SM
|
Bangsa
Assyiria menguasai Mesopotamia
|
500
SM
|
Mesopotamia
Bagian dari Bangsa Persia
|
400
SM
|
Alexander
Agung menaklukan Persia
|
300
SM – 500 M
|
Tumbuhnya
Kerajaan-kerajaan baru
|
600
M
|
Islam
Masuk
|
Dari Timeline diatas dapat dilihat bahwa Mesopotamia
memiliki tiga Peradaban bangsa besar yaitu :
1. Bangsa Sumeria
2. Bangsa Akkadia
3. Bangsa Amori (Babilonia)
4. Bangsa Assyiria[4]
b. Perkembangan
1. Bangsa Sumeria
Bangsa Sumeria merupakan bangsa pribumi Mesopotamia mereka telah ada
sejak 5000 SM, peradaban Sumeria berhasil kepada titik puncak pada tahun 2000
SM sekaligus abad kehancurannya, pada fase berikutnya Bangsa Sumeria bercampur
baur dengan peradaban yang datang kemudian ke Mesopotamia semisal Akkadia,
Babylonia (amori) dan Asyyiria.
Bangsa Sumeria terkenal akan kemampuannya dalam bidang agraris dan
ternak hewan, selain daripada itu mereka mampu menciptakan teknik penulisan “paku”[5]
sekitar tahun 3000 SM. Teknik pembuatannya dilakukan diatas lempengan-lempengan
tanah liat yang kemudian dibakar, tulisan paku itu membentuk pola garis
horizontal, vertical atau diagonal dan berakhir membentuk segitiga kecil. Dari
tulisan inilah para peneliti sejarah menemukan lebih dari seribu lempengan
tulisan paku yang menceritakan politik, sastra ekonomi hukum hingga keyakinan
bangsa sumeria, Selain ahli dalam penulisan mereka pun ahli dalam masalah
ukiran kayu. [6]
2. Bangsa Akkadia
Bangsa Akkadia adalah bangsa semit yang berimigrasi dari Jazirah Arab ke
wilayah Irak Tengah (Akkad) pada millennium ke-3 SM, masa keemasan Dinasti
Sumeria berakhir dengan penyatuan wilayah kerajaan-kerajaan tersebut dalam satu
kesatuan dibawah kekuasaan Raja Kish yang dikenal dengan masa Lugalzagezi.[7]
Seperempat abad setelah itu Munculah raja pertama dari Imperium Akkadia
dia adalah King Sargon (Shargoni-Shar-Ali), ia mendirikan sebuah kota yang
bernama Akkadah sekaligus menjadikannya Ibu Kota dari Mesopotamia. Secara teori
peradaban Akkadia banyak dipengaruhi oleh peradaban Sumeria seperti perhitungan
kalender tahunan berdasarkan bulan, hitungan bilangan, timbangan, jarak dan
lainnya, bahkan bangsa Akkadia mampu membuat alat-alat dari bahan tembaga dan
merakit kendaran perang.
Pada kenyataannya bangsa Akkadia tidak pernah mengenal tulisan, karena
mereka terbiasa dengan tradisi oral (percakapan) akan tetapi lambat laun mereka
mulai mengerti akan pentingnya sebuah aksara untuk menulis bahasa mereka yaitu
Bahasa Arami.[8]
3. Bangsa Assyiria
Bangsa Assyira adalah bangsa semit yang hijrah dari semenanjung Arab
pada millennium ke-3 SM dan menetap disebuah tempat yang dikenal dengan
(benteng Sharqat atau Asyur) diwilayah timur Laut Mesopotamia. Pada Masa
Akkadia, Assyiria merupakan sektor politik dan kebudayaan Akkadia, barulah pada
millennium ke-2 SM bangsa Assyria tampil sebagai kekuatan politik terbukti
ketika mereka barhasil menundukkan bangsa Mitanni, Hitties, Alcahien.
Shalmaneser I adalah orang pertama yang mendirikan Negara Assyria
(1206-1280 SM) putranya, Tukulti-Ninurta I, termasuk salah satu raja Assyiria
yang paling terkemuka terutama ketika memerangi Babylon. Imperium Assyiria
mencapai puncaknya selama pemerintahan Sargon II karena kekuatan militernya tidak tertandingi.
Bangsa Assyiria dikenal sebagai bangsa yang pandai membuat kendaran,
tank, dan berbagai alat pendobrak, selain dari pada itu gaya arsitektur
Assyiria memiliki cirikhas tersendiri dan sangat Indah.
B. BABILONIA
a. Sejarah Babilonia
Term Babilon dalam bahasa Akkadia disebut
“Babilani” artinya “the Gate of God” (Gerbang Tuhan/Dewa), namun pada
kenyataannya Babilon berasal dari bahasa Yunani bentuk dari istilah yahudi
yaitu “Babel”[9]
yang sekaligus menjadi ibukota babilonia. Disebelah utara babilon berbatasan
dengan Assyria, di sebelah Timur ada Elam, bagian Selatan berbatasan dengan
Gurun Arab dan di bagian Tenggara berbatasan dengan Teluk Persia.[10]
Penduduk asli babilonia berasal dari bangsa
Amori yaitu rumpun ras semit yang berimigrasi dari Jazirah Arab pada millennium
ke-3 SM kemudian mereka menetap di wilayah yang dikenal dengan daerah Mari yang
sebelumnya dikuasai oleh bangsa Sumeria dan Akkadia. Lambat laun bangsa Amori
mulai menggerogoti imperium Akkadia dan berhasil mendirikan sebuah kota yang
diberi nama Babylon, sekaligus ibu kota dari bangsa Amori, Sosok Samuabi sering
disebut-sebut sebagi pendiri pertama Dinasti Amori pada tahun 1830 SM.[11]
Ada tiga periode dalam masa perkembangan dan
peradaban Babylon yaitu :[12]
1. The Old Babylonian Periode (2000-1595 BC)
2. Midle Babylonian Periode (1595-1000 BC)
3. Neo Babylonian Periode (1000-539 BC)
Dalam khasanah Islam Babylon disebut juga
dengan Nama Baghdad jauh sebelum Islam masuk, para penulis modern umumnya
cenderung mengakui nama itu berasal dari bahasa Persia yang berarti diberikan
oleh Allah (Given By God) atau pemberian Allah (Gift of God) tetapi ada juga
penulis lain yang menyebutnya berasal dari bahasa Aram, sebuah dokumen dari
masa Hammurabi (raja babilonia 1792-1790 SM) menyebutnya Baghdad. Ini
menunjukan Bahwa nama itu sudah digunakan sebelum Hammurabi, Nama itu tetap
digunakan pada Zaman Islam.[13]
b.
Perkembangannya
Kehidupan dan peradaban bangsa Amori yang
menjadi Cikal bangsa Babylon sangatlah berbeda dengan pola peradaban bangsa
Mesopotamia lainnya, bangsa Amori mampu menciptakan sebuah model
civil-peradaban baru hingga mencapai puncaknya pada masa Raja Amori yang
terkenal yaitu Hammurabi (1728-1686).
Pada masa pemerintahan Hamurabi Babylon sangat
dikenal oleh bangsa lain karena kekuatan ekspansi-militernya, Hamurabi berhasil
menghalau orang-orang Elam (Iran) dan menguasai wilayah pegunungan diarah Utara
dan Timur laut Mesopotamia. Tidak hanya itu Hamurabi terus berupaya memperkuat
kekuasaannya dengan cara beraliansi dengan bangsa-bangsa kuat lainnya, dibidang
pemerintahan ia pun membuat model Undang-undang yang mengatur tata kehidupan
masyarakat dan kerajaan yang dikenal dengan istilah “Codex Hammurabi”. Disisi
lain kuil-kuil tempat penyembahan pun dibangun oleh hamurabi, kesejahteraan
para pendeta dan ahli agama juga turut menjadi perhatiannya.
Sepeninggal kekuasaan Hamurabi, Babylonia semakin
melemah hingga pada akhirnya Bangsa Hitties yang berasal dari Asia kecil dan
utara Syiria menyerang Babylon dan menaklukannya namun mereka kembali lagi ke
Negara asalnya, namun malangnya Babylon
mendapat serangan kedua dari bangsa Khaskhi yang berasal dari pegunungan timur
laut Mesopotamia sekitar tahun 1550 SM dan berhasil dikuasainya.
Setelah beradab-abad lamanya Babylon mengalami
kekalahan dan dikuasai oleh bangsa Khaskhi, bangsa Assyiria dan Elam, akan
tetapi ada saatnya dimana bangsa Babylon yang berasal dari suku Kaldan bangkit
dan memberontak pemerintahan yang ada, saat itu bangsa Assyiria yang telah
berkuasa. Gubernur Babylon Nabopolassar memanfaatkan kelengahan bangsa Assyiria
paska kematian Raja mereka Ashurbanipal (Asshur-bel-nisheshu) sehingga berhasil
merebut Babylon pada tahun 622 SM.
Pemerintahan Nabopolassar cukup mengesankan
dimata Bangsa Babylonia karena berhasil memukul mundur dan menguasai Bangsa
Assyiria dan Syiria berkat upaya aliansinya dengan bangsa Media, akan tetapi
Masa Pemerintahan yang dianggap paling gemilang adalah periode kekuasaan
Nebukadnezar putra dari Nabopolassar. Dimana pada masa pemerintahan
Nebukadnezar telah terjadi pembangkangan dari Kerajaan Yehuda yang pada
akhirnya Nebukadnezar melakukan penyerangan besar-besaran ke Yerussalem sekitar
tahun 597 SM dan berhasil menawan Raja beserta puluhan ribu orang Yahudi.
Peristiwa ini memang tidak membuat bangsa Yehuda kapok, sepuluh tahun kemudian
mereka kembali membangkang terhadap pemerintahan Nebukadnezar hingga pada
akhirnya Invasi ke-2 Nebukadnezar digalakkan sebagai buktinya ia berhasil
menaklukkan Yerussalem, menghancurkan Haikal Sulaiman dan menahan 40.000 orang
Yahudi dua diantaranya adalah Nabi mereka “Yehezkiel” dan “Daniel”.[14]
Sepeniggal Nebukadnezar Babylon dipegang
oleh Amel Marduk anak dari Nebukadnezar, namun sayangnya Marduk terlalu lemah dalam memimpin sehingga Babylon
jatuh ketangan Yahudi hingga akhirnya Babylon berhasil ditaklukan oleh Bangsa
Pesia.
C. KEPERCAYAAN BANGSA MESOPOTAMIA/BABILONIA
a. Kerajaan Sumeria
Bangsa Sumeria adalah bangsa yang merintis
peradaban Mesopotamia. Bangsa ini berkuasa sekitar tahun 3500 SM. Mereka
berasal dari daerah di sekitar Teluk Persia. Bangsa ini menganut kepercayaan
politeisme atau mempercayai adanya banyak dewa. Dewa-dewa tersebut,
diantaranya, Uruk (Dewa Langit), Nippur (Dewa Bumi), dan Eridu (Dewa Air).
Dewa-dewa yang disembah dalam tradisi bangsa Sumeria
Dewa tertinggi dalam jajaran dewa-dewa Sumeria
yang memilki peran dominan di seluruh Sumeria baik tentang ritual, legenda,
ibadah adalah dewa udara, “Enlil”. Dalam literatur paling kuno Enlil dikenal
sebagai “Bapak Moyang Para Dewa”, “Raja Langit dan Bumi”, serta “Raja Seluruh
Bumi”. Para raja dan penguasa percaya bahwa Enlil-lah yang memberikan mereka
kekuasaan dinegrinya. Dialah yang membuat negara makmur, berkat kekuatan Enlil
pula, mereka dapat menguasai seantero negeri. Enlil juga yang menunjuk dan
memberikan tongkat kekuasaan kepada raja yang menurutnya layak.[15]
Selain itu dewa-dewa yang disembah oleh bangsa Sumeria diantaranya:
Dewa Danau,
yaitu: Enki (Dewa Air dan Bumi), Aisuhi (Dewa Mendung), Dehuzi Apsu (Dewa Air
Dalam), Nanshe (Dewa Ikan), Ninmar (Dewa Burung).
Dewa Kebun,
yaitu: Nenazo (Dewa Pohon), Nenaqshazeda (Dewa Pemangku Aras), Damo (Dewa
Tanaman).
Dewa Ternak, terdiri
dari (Dewa-dewa sapi selatan), yaitu: Nanna (Dewa Bulan), Nanhar (Dewa Petir
dan Hujan), Utu (Dewa Matahari), Nanson (Dewa Sapi), Anu (Dewa Langit).
Dan (Dewa-dewa pemeliharaan keledai di
utara), yaitu: (Dewa Bumi Bagian Atas), Shulabi (Dewa Bumi Bagian Bawah),
Maloleil (Dewa Malam), Assharji, Agim.
Dewa Ladang,
yaitu: Enlil dan Ninlil, Ninurta (Dewa Angin), Maslamatai (Dewa Dunia Bawah
Tanah), Nashaba (Dewa Bibit dan Biji), Pao (Dewa Tanaman Ladang dan Obat).
Ukiran dari tembikar yang menggambarkan
kumpulan dewa bangsa Sumeria kuno seperti Dewa Enki. Air tampak mengalir dari
bahu dewa Enki.
Upacara/ ritual keagamaan Bangsa Sumeria (Mesopotamia):
Pertama, ritual yang dimaksudkan untuk memuliakan dan mengagungkan Dewa
serta memohon belas kasih, misalnya mempersembahkan hadiah berupa gandum,
minyak binatang ternak dan lain sebagainya termasuk pula melakukan doa-doa dan
upacara-upacara suci, kendati sebagian besar kebiasaan mereka terbentuk oleh ritual
agama tersebut, terutama pujian-pujian kepada dewa Enlil.
Kedua, ritual negatif yang dimaksudkan untuk menangkal bahaya dan untuk
melawan musuh misalnya, menulis mantra, menulis jimat, melakukan
praktik-praktik magis dan ilmu sihir yang dilakukan beberapa para normal yang
mengkalaim bisa mengusir roh jahat.
Ketiga, ritual yang bersifat penangkal yang bertujuan untuk mengetahui
berbagai peristiwa penting seseorang dimasa depan sehingga dia dapat
mempersiapkannya. Ritual ini dilakukan dengan berbagai cara berikut ini dua
diantaranya yaitu melalui anatomi hati binatang dan memantau pergerakan planet
dan bintang. Bangsa Sumeria mempercayai bahwa nasib manusia ditandai dengan
tanda khusus pada hati binatang. Pada saat bangsa Sumeria mempersembahkan
korbannya kepada dewa di kuil maka peramal mengambil hati binatang tersebut
lalu memeriksanya secara cermat, baik komposisi, bentuk, struktur, maupun
kondisinya guna mendapatkan hasil berupa nasib yang telah digariskan takdir
pada seseorang.
Sementara pemantauan terhadap planet dan bintang didasarkan pada
keyakinan bahwa nasib manusia berkaitan dengan planet dan bintang tersebut.
Prediksi nasib juga dapat dilakukan dengan memantau benda-benda angkasa dan
pergerakannya. Pentingnya pengetahuan mengenai perbintangan membuat bangsa
Sumeria melakukan pemantauan secara akurat dan meningkatkan pengetahuan mereka
tentang semesta dan segala hal yang berkaitan dengannya.
Kuil/ Tempat peribatan bangsa Sumeria
Bangsa Sumeria melakukan ritual penyembahan di
Zagora/Ziggurat yaitu kuil yang dibangun diatas bukit buatan dipusat kota
berbentuk menara megah yang terdiri dari beberapa tingkat yang bagian luarnya
dikelilingi jalan setapak menanjak dan melingkar hingga sampai kealtar yang
berada paling atas. Sementara disisi kuil terdapat rumah dewa yang didalamnya
hanya diisi patung-patung dewa, rumah-rumah paranormal dan para pekerja kuil,
serta pusat perdagangan yang memamerkan kemegahan dan kemajuan kuil. Bangsa
Sumeria membangun kuil-kuil yang megah dan indah di kota-kota mereka agar dewa
menyukai mereka. Kuil-kuil tersebut mereka bangun sangat tinggi karena mereka
percaya, semakin tinggi kuil semakin dekat mereka dengan dewa. Tinggi kuil-kuil
tersebut mencapai 88 meter.
Ziggurat merupakan kuil yang dibangun dengan
menara yang disusun berbata-bata dengan tujuan untuk menghubungkan Bumi dan
Surga. Tujuan dari pembangunan Ziggurat adalah pusat belajar dan kegiatan
agama.
Ziggurat
: Kuil Mesopotamia kuno
Salah satu kepercayaan agama Sumeria adalah
bahwa kehidupan dibumi adalah kehidupan hakiki, tidak ada kebahagiaan dan
kesenangan setelah dibumi. Sementara kehidupan kedua mirip dengan kematian
sekalipun bukan kematian yang sebenarnya, kehidupan tersebut adalah tempat
kembali setiap manusia, tidak ada perbedaan antara yang baik dengan yang jahat
siapapun tidak dapat mengelak hal itu, kecuali Dewa. Akibat kepercayaan inilah
bangsa Sumeria enggan membangun tempat keramat yang mewah seperti raja firaun,
mereka justru menguburkan orang mati dikuburan sederhana yang digali dibawah
kamar rumah mereka atau dipemakaman umum dikota.
b. Kerajaan Akkad (2300 SM)
Bangsa Akkad termasuk rumpun bangsa Semit yang
berasal dari daerah padang pasir. Mereka bergerak dari daerah yang terletak di
sebelah utara daerah Mesopotamia. Di bawah pimpinan Sargon, pasukan bangsa
Akkad semakin bertambah kuat dan melakukan serangan serta berhasil menduduki
daerah Mesopotamia dengan mengalahkan Kerajaan Sumeria.
Dengan kemenangan tersebut bangsa Akkad tidak
lagi menjadi bangsa pengembara. Mereka mulai hidup menetap di daerah Mesopotamia.
Walaupun bangsa Akkad berhasil memenangkan perang tersebut, tetapi mereka
mengambil dan meniru kebudayaan bangsa Sumeria. Bahkan mereka berintegrasi
dengan penduduk yang ditaklukkannya.
Bangsa Akkad memuja banyak dewa, dan juga
memiliki cerita-cerita dongeng tentang kepahlawanan, seperti cerita tentang
Adopa, Etana, dan Gilgamesh. Bangsa akkad juga menganut kepercayaan yang
sebelumnya dianut oleh bangsa Sumeria. Meski demikian terdapat pula nama-nama
dewa baru yang masyhur dikalangan masyarakat Akkadia seperti Najrusu dan Ishtar
(Dewi venus). Orang-orang Akkadia juga menyembah api. Mereka menganggapnya
sebagai sumber utama kehidupan dan kebaikan, keadaan (penyembahan api) ini
terus berlangsung, bahkan hingga masa peraadaban Amori.
Penyembahan
Dewa Matahari bangsa Akkadia dalam kuil spar
c. Kerajaan Amori (1850 SM)
Kota Babylonia dibangun oleh bangsa Amori di
bawah pimpinan Sumuabum. Letak Kota Babylonia dekat dengan Kota Kish. Bangsa
Amori tampil sebagai penguasa baru di Mesopotamia. Raja yang terkenal dari
Kerajaan Babylonia (Lama) ini adalah Hammurabi (1850 SM). Raja Hammurabi
terkenal dengan hukumnya, yaitu Hukum Hammurabi.
Hampir setiap negara dan kota mempunyai
dewa-dewa sendiri. Sungguhpun demikian ada tiga dewa yang penting yaitu Anu (Uruk) Dewa langit, Ea (Eridu)
Dewa air, dan Enlil (Nippur) Dewa bumi. Dari ketiga dewa itu Enlil yang
paling berkuasa. Akan tetapi sejak bangsa Amori berkuasa, maka dewa bangsa
Amori yaitu Marduk menjadi dewa yang paling berkuasa. Marduk
adalah nama lain dari Shamash (Dewa matahari). Kedudukan Marduk pun semakin penting. Orang Amoria percaya
bahwa Marduk adalah dewa yang bijaksana. ia akan melindungi orang baik
dan mnghukum orang jahat. Marduk tidak saja menjadi dewa Babilonia, tetapi
menjadi dewa yang paling berkuasa untuk seluruh mesopotamia. Marduk menjadi
dewa utama bangsa-bangsa kassit, Asiria, khaldea, bahkan kemudian juga diakui
oleh bangsa persia dan Masedonia (semasa iskandar agung).[16]
Bangsa Amori menjalankan kepercayaan mereka
sebagaimana bangsa Sumeria. Mereka menyembah dewa-dewa Sumeria dan menjalankan
ritual-ritual keagamaan Sumeria, masyarakat Amori juga membangun kuil-kuil
menyerupai Ziggurat yang sebelumnya banyak didirikan dikota-kota Sumeria.
Sementara penyembahan terhadap Dewa Adad, yaitu
Dewa Badai, Petir dan Hujan banyak tersebar disemua wilayah Asia kecil, lembah
Mesopotamia, Syria dan Palestina. Dalam perjanjian lama dewa tersebut bernama
Ramon bahkan Yahweh sendiri pada mulanya adalah nama untuk Dewa Badai dalam
tradisi Ibrani awal. Yahweh bersama-sama dengan Adad bersekutu dalam beberapa
sifat. Sementara itu Dewi Ishtar tercatat sebagai Dewi bangsa Semit yang paling
terkenal. Ishtar banyak disebutkan dalam mitologi. Dia tidak punya tandingan
lainnya sepanjang generasi. Ishtar adalah Dewi Cinta, Kecantikan dan Kebaikan,
sekaligus sebagai Dewi Perang. Sejatinya menurut kepercayaan Sumeria, Dewi
Ishtar adalah pewaris dari Dewi Inanna. Orang-orang Amori juga menyebut Ishtar
sebagai Dewi Venus, bintang yang bersinar terang dikala pagi sebelum matahari
terbit.
d. Kerajaan Assyria (Assur)
Rasa keagamaan bangsa Assyria tidak mengakar
kuat dalam diri mereka. Karenanya bangsa Assyria mengadopsi ibadah, ritual dan
dewa-dewa bangsa tetangga, seperti Sumeria, Akkadia, Babilonia dan Arami. Namun
diantara semua bangsa tersebut, mereka unggul dibidang pembangunan dibidang
kuil dan menara-menara menjulang tinggi. Selain itu mereka tetap menyembah dewa
mereka yaitu Ashur yang dilambangkan dengan bulatan matahari bersayap.
Lambang tersebut awalnya merupakan simbol asli bangsa mesir tetapi kemudian
diadopsi oleh bangsa Hittites lalu diambil bangsa Assyria.
Menurut mereka Dewa Ashur serupa dengan Dewa
Marduk dan Dewa Enlil bangsa Sumeria. Dewa Marduk menggantikan posisi kedua
dewa tadi sehingga menjadi dewa utama dan dewa bangsa negeri itu. Dimata bangsa
Assyria Marduk adalah dewa yang ikut bersama-sama raja mereka dalam pertempuran
sengit melawan musuh-musuh negara. Ia memanah para musuh dan membuat mereka
luluh lantak sehingga menciptakan kemenangan bagi bangsa Assyria. Pada saat itu
menurut orang Babilonia Dewa Astarte adalah Dewi Cinta, Kesuburan dan
Keindahan. Sementara Dewa Napo adalah penulis para dewa, sedangkan Dewa Adad
adalah Dewa Badai, Guntur dan Hujan.
Sementara itu ritual bangsa Assyria hanya
dilakukan oleh para pendeta yang memiliki ilmu sihir dan ilmu nujum
(astrologi). Untuk itu mereka mendirikan berbagai kuil untuk para pendeta yang
bisa menjaga gaya tradisional di Mesopotamia.
Sistem kepercayaan/ ajaran yang diyakini bangsa
Mesopotamia/Babilonia:
Sejak masa Sumeria tidak pernah diriwatkan
adanya iman terhadap alam lain atau terhadap hari perhitungan dan pembalasan.
Mereka hanya meyakini jika ada seseorang yang lalai atau lupa untuk mengadakan
doa-doa serta korban-korban, maka dewa-dewa akan membalas dosanya itu dengan
suatu penyakit yang menimpanya dan yang tidak dapat disembuhkan daripadanya
kecuali ia melakukan penebusan dan bertaubat yang dilakukan dikuil dan dipimpin
oleh pendeta. Mereka mempercayai hukuman lain akibat lalai dalam mengadakan
doa-doa dan korban yaitu akan mengalami kerugian berupa harta atau anak-anak
atau keluarga dari orang-orang kesayangannya. Setiap bencana dari
bencana-bencana tersebut menjadi
peringatan terhadap adanya dosa yang telah diperbuat atau terhadap kewajiban
yang dilupakan, sehingga mendorong mereka untuk mengingat-ingat dan meminta
ampunan kepada dewa.
Terkadang bencana yang datang yang disebabkan
karena dosa seseorang tidak dirasakan hanya kepada satu orang saja tetapi semua
orang ikut terkena imbasnya, maka merata pula siksaannya, seperti ketika
dewa-dewa mengirim badai yang sangat besar ke Bumi atau penyakit yang menyerang
orang-orang yang tidak bersalah karena dosa-dosa orang yang bersalah. Akan
tetapi dosa-dosa tersebut memperingatkan manusia sebelum datangnya hukuman dan
mengilhamkan para pendeta semata-mata untuk menafsirkan peringatan tersebut.
Kepercayan tentang dewa-dewa:
Secara umum dapat dikatakan bahwasannya
Mesopotamia/ Babilonia adalah penyembah
dewa-dewa (politeisme). Selain itu masyarakat Babilonia mempercayai dewa-dewa
dalam cerita peperangan. Peperangan yang diriwayatkan dari dewa-dewa yang
terdahulu adalah pahalawan-pahlawan perang dari nenek moyang yang muncul dengan
sifat-sifat dewa sesudah sifat-sifat kemanusiaan mereka hilang dari fikiran
kemudian tingkah laku mereka dipengaruhi dengan gejala-gejala alam tertinggi
dan oleh karena itu ia menghubungkannya dengan benda-benda angkasa dan
benda-benda angkasa ini membawa nama-nama mereka yang sampai sekarang sebagian
nama-nama itu masih dibawanya. Seperti “Marduk” yaitu dewa perang adalah
planet “Mars” dimana ia telah mengalahkan “Tiamat” yaitu dewi
gua-gua yang gelap.[17]
Orang-orang semit dan orang-orang sumeria sama
pendiriannya tentang dewa-dewa besar seperti dewa cahaya yang orang-orang semit
dinamai “matahari”, sedang orang Sumeria menamakannya “Anu”, atau tentang
bintang Zuhara (Venus), dewi cinta yang orang-orang semit menyebutnya “Ashtar” dan oleh
orang-orang Sumeria disebut “Enanna” akan tetapi dewa-dewa Babilonia lebih
banyak jumlahnya sehingga tidak bisa jika hanya disusun oleh kesamaan antara
dua kaum yang berbeda saja, karena orang-orang Babilonia menaikkan bilangannya
menjadi empat ribu dan menggabungkannya pula dengan lawan dewa-dewa tersebut.[18]
Orang-orang Babilonia mempercayai cerita
peperangan tentang dewa-dewa tersebut terjadi sebelum diciptakannya dunia,
seolah-olah mereka merupakan makhluk (dewa-dewa) yang tidak membutuhkan zat
pencipta. Cerita ini diriwayatkan oleh Tiamat atau Dewa kegelapan. Akan tetapi
dari cerita-cerita ini sulit difahami
bahwa “Tiamat” menciptakan dewa-dewa dengan kekuasaannya, karena menurut mereka
ia adalah dewa kekacauan dan kebutaan. Mereka mempercayai bahwa dewa-dewa
berkeliaran digua-guanya seperti berkeliarannya hantu-hantu ditempat-tempat
gelap. Mereka menggambarkan dewa tersebut dalam salah satu ceritanya seperti
menggambarkan manusia pertama dimana separuhnya ikan dan separuhnya lagi
manusia.
Kehidupan setelah kematian:
Mereka tidak percaya adanya kehidupan setelah
kematian, perhitungan akhir, hukuman dan pahala. Karenanya perilaku hidup mereka
tidak terpengaruh dengan kepercayaan tersebut. Begitu juga nilai-nilai moral
serta hubungan sosial diantara mereka, tidak berkembang berdasarkan kepercayaan
tadi. Mereka mengubur orang yang telah meninggal dibawah rumah atau dibawah
lantai rumah. Dalam hal ini mereka mengikuti bangsa Sumeria.
Pada masyarakat bangsa Sumeria terdapat
kepercayaan, bahwa manusia setelah mati akan hilang. Hal ini dijelaskan dalam
cerita Gilgamesh. Cerita itu pada hakikatnya mempunyai kesimpulan bahwa hidup
abadi di dunia ini tidak ada.
Kisah diciptakannya Bumi dan kubah angkasa
Anum (An), dewa langit telah mengalami
kekalahan ketika berhadapan dengan tentara Tiamat dan baru menang sesudah
seorang pahlawan kanak-kanak muncul dari air yaitu Marduk Dewa tentara dan
penguasa peperangan. Kemudian Marduk menuju kepada Tiamat untuk dipotong
menjadi dua bagian. dari separuhnya dibuatlah Bumi dan dari separuhnya yang
lain dibuatlah kubah angkasa. Kemudian tawanan-tawanannya diikat dalam kubah
tersebut, dimana mereka tidak bisa meninggalkannya kecuali dengan seizinnya.
Dan ia mengangkat dewa-dewa yang disukainya kelangit.[19]
D. KESIMPULAN
Berkembangnya
kepercayaan di Mesopotamia berawal dari kepercayaan bangsa Sumeria. Bangsa
Sumeria memuja dewa-dewa yang menguasai alam, seperti Dewa Anu (Dewa Langit),
Dewa Enlil (Dewa Bumi), dan Dewa Ea (Dewa Air). Ketiga dewa itu mendapat
pemujaan tertinggi dari bangsa Sumeria. Bangsa Sumeria juga menyembah Dewa Sin
(Dewa Bulan), Dewa Samas (Dewa Matahari), dan Dewa Istar (Dewa Perang dan
Asmara) serta masih banyak dewa-dewa lain yang tidak mungkin disebutkan satu
persatu karena menurut kepercyaan mereka jumlahnya ribuan.
Bangsa
Mesopotamia juga menyembah Tammuz (Dewa Tumbuh-tumbuhan) untuk memajukan
pertanian. Dewa yang memiliki peranan penting dalam kepercayaan bangsa Sumeria
adalah dewa yang berhubungan dengan terciptanya dunia, yaitu Dewa Marduk. Dewa
Marduk juga merupakan lambang usaha
bangsa Sumeria di dalam menciptakan daerah pertanian.
Kepercayaan
bangsa Sumeria ini terus berkembang dan dianut oleh masyarakat yang tinggal di
daerah Mesopotamia. Tetapi ketika bangsa Persia menguasai daerah Mesopotamia,
berkembanglah ajaran agama Persia. Kitab Suci Awesta ini merupakan firman-dewa
dengan perantara nabi diturunkan kepada bangsa Persia.
Maha besar Allah dalam segala penciptaannya
E. DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
Sami. “Atlas agama-agama” Jakarta: Almahira, 2010.
Al-‘Akkad,
Abbas Mahmoud, Ketuhanan Sepandjang Adjaran Agama-Agama dan Pemikiran Manusia.
Jakarta: Bulan Bintang, 1970.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Jakarta, Sejarah Umum. Jakarta: 1979.
Ensiklopedi
Islam Vol. 1,
Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Matthews, Alfred Warren. “World
Religions” Third Edition Canada: Wadshworth Publishing Company, 1999.
Noss, John
B. “Mans Religions” New York: The
Macmilan Company, 1949.
Sukardji, dkk., Perbandingan
Agama. Jakarta: Azam, 1973.
www.mesopotamia.co.uk, The
British Museum (di unduh tanggal 10 Maret 2013).
www.bible-history.com/historyofbabylonia/, (di unduh tanggal
10 Maret 2013).
[2]
Alfred Warren Matthews, “World Religions” Third Edition (Canada:
Wadshworth Publishing Company, 1999), h. 255
[3]
John B. Noss, Mans Religions (New York: The Macmilan Company, 1949), h.
52
[5]
Tulisan Paku merupakan model penulisan paling kuno didunia yang pernah dibuat
oleh peradaban bangsa Iraq, para ahli sepakat menamakannya “tulisan
bergamabar” (Piktografi) lihat Timeline Mesopotamia.
[6] Sami
bin Abdullah, “atlas agama-agama” (Jakarta: Almahira, 2010), h. 373
[7]
Sami h. 384
[8]
Bahasa Arami adalah metamorphosis bahasa Akkadia yang bercampur dengan bahasa
negri Syam Kuno (Kan`an dan Fenesial).
[9]
Lihat Kitab Bible, Kejadian 10:10
[10] www.bible-history.com/historyofbabylonia/,
(di unduh tanggal 10 Maret 2013)
[11]
Sami, h. 388
[12] www.bible-history.com/historyofbabylonia/,
(di unduh tanggal 10 Maret 2013)
[13]
Ensiklopedi Islam Vol. 1, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve), h. 214
[14]
Sami h. 404
[15]
Samin bin Abdullah Al-Maglhout, Atlas Agama-Agama, h. 378.
[16]
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, Sejarah Umum (Jakarta: 1979), h.
26.
[17]
Abbas Mahmoud Al-‘Akkad, Ketuhanan Sepandjang Adjaran Agama-Agama dan Pemikiran
Manusia (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 91.
[18]
Ibid, h 92.
[19]
Ibid, h. 94.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan