RESPONDING
PAPER AGAMA JAIN
OLEH:RITA
HARDIANTI
1. Sejarah
dan perkembangan agama jain
Agama jain adalah sebuah agama monastic
kuno dari india. Agama ini menolak otoritas weda sebagaimana halnya agama
budhha. Agama ini muncul pada zaman
wiracarita yakni masa akhir zaman brahmana, ketika ada perdebatan antara aliran
teistis dan non teistis.
Jainisme sndiri mulai diakui
keberadaannya di magadha, india utara sekitar abad ke-6 dan ke-5 sebelum masehi
pada waktu itu mahavira menyebarkan ajaran-ajarannya. Oleh karena itu
mahavira lebih dikenal sebagai nabi jainisme, bukan penciptanya. Hal ini
diperkuat oleh kenyataan bahwa mahavira dianggap bukan yang paling dulu
menyebarkan ajaran-ajaran jainisme tersebut. Namun diakui bahwa diantara sekian
banyak tirthankara, Mahavira adalah yang paling akhir turun ke Dunia ini.
Sehingga Ialah yang menyampaikan dan menyempurnakan ajaran-ajaran agama jain
Jainisme sndiri mulai diakui
keberadaannya di magadha, india utara sekitar abad ke-6 dan ke-5 sebelum masehi
pada waktu itu mahavira menyebarkan ajaran-ajarannya. Oleh karena itu
mahavira lebih dikenal sebagai nabi jainisme, bukan penciptanya. Hal ini
diperkuat oleh kenyataan bahwa mahavira dianggap bukan yang paling dulu
menyebarkan ajaran-ajaran jainisme tersebut. Namun diakui bahwa diantara sekian
banyak tirthankara, Mahavira adalah yang paling akhir turun ke Dunia ini.
Sehingga Ialah yang menyampaikan dan menyempurnakan ajaran-ajaran agama jain
2.
Perkembangan
Jainisme
Telah disebutkan di
atas bahwa penyebaran
hasil pemikiran Mahavira disebar melalui padato-pidato dan
ceramah-ceramah diberbagai kota di india. Dari perjalanannya itu kemudian pengikut jaina lebih kurang satu juta orang dan semuanya berada di india
seperti agama hindu, pada keseluruhannya tara sosial dan penidikan mereka bersifat tinggi.
Dewasa ini ada lebih dari 8 juta
pengikut agama ini. Mereka terutama ditemukan di India. Secara sosial, biasanya
para penganut Jainisme termasuk golongan menengah ke atas. Agama Jaina itu
mewariskan bangunan-bangunan kuil yang amat terkenal keindahan arsitekturnya di
India dan senantiasa dikunjungi wisatawan.
Agama jinisme dikenal di Asia Selatan
(India) dan disebarkan oleh Vardamina (546 SM) yang berasal dari keluarga
yang sangat berkuasa pada masanya.
Vardamina selama dua belas tahun hidup menjadi anggota masyarakat pertapa yang
bernama Nirgrantha. Pada tahun ke-13 dalam pengembaraannya Vardamina
mendapatkan ilham atau wahyu penerangan tentang hakikat Tuhan yang Maha Tahu,
yang mengerti akan segala sesuatu yang ada di jagad raya ini baik yang
tersembunyi maupun yang nampak. Dan pada selama tiga puluh tahun kemudian
Vardamina menyiarkan agamanya. Dan setelah Vardamina Mahavira meninggal aliran
jainisme pecah menjadi dua yaitu Svetambara (memakai jubah putih) dan Digambara
(berpakaian langit atau telanjang) perpecahan tersebut
terjadi Sekitar tahun 310 SM yakni lebih kurang tiga abad sepeninggal Mahavira.
Perpecahan itu disebabkan musim paceklik di India utara. Sejumlah 12.000 orang
dari jemaat jaina itu dibawah pimpinan Badhrabahu, melakukan perpindahan menuju
ke belahan selatan India, berdiam dan menetap dalam wilayah Mysore. Dengan
begitu jemaat terpecah menjadi dua, yaitu belahan utara dan belahan selatan.
Belahan utara beriklim dingin dan be;lahan selatan beriklim panas. Di dalam wilayah
yang beriklim panas itu, pakaian tidak diperlukan. Sedangkan di belahan utara
lebih mengutamakan bertarak dan bertapa tetapi perpecahan itu belum resmi.
Kemudian Sekitar tahun 82 Masehi
perpecahan itu menjadi resmi dan disebabkan masalah pakaian. Jemaat yang
mendiami di belahan utara pegunungan vindaya selalu mengenakan pakaian putih,
dan jemaat ini yang disebut dengan sekte svetambara (jemaat berpakaian putih).
Sedangkan jemaat yang mendiami di belahan selatan pegunungan vindaya tidak
mengenakan pakaian sehelai benang pun karena beriklim panas. Jemaat itu disebut
dengan digambara (jemaat bertelanjang bugil bagaikan langit).
3. System
kepercayaan agama jain
1. Konsepsi tentang tuhan
Agama
jain atau jainisme menolak adanya tuhan yang dianggap sebagai pencipta atau
penguasa dunia ini. Walaupun demikian menurut hut chison, paham jainisme tidak
termasuk atheis, melainkan disebut non-teisme. Penyebutan ini didasarkan pada
corak paha agama tersebut tentang apa yang disebut tuhan. Agama jain mengakui
keberadaan apa yang disebut sang “Maha Kuat”, namun mengatakan bahwa sang maha
kuat tersebut termasuk pula manusia, semuanya terbelenggu dalam alam dosa
dengan sedikit atau tanpa ada kesempatan untuk melarikan diri darinya.
2. Konsepsi tentang alam
Jainisme
menganut filsafat dualisme, yaitu membagi alam saemesta ini menjadi dua
kategori: zat yang hidup (jiva) dan zat yang tidak hidup (ajiva). Ajiva
memiliki lima substansi yaitu benda (pudgala), dharma, adharma, ruang (akasa)
dan waktu (kala). Unsure jiva dan keenam unsure ajiva tersebut disebut denga
enam dravya.
3. Konsepsi tentang karma
Jainisme
tetap menerima ajaran tentang karma-samsara dalam pemikiran tradisional india,
dan mengajarkan bahw karma terjadi karena tercampurnya jiva dan ajiva. Konsep
karma dalam jainisme berpangkal pada
prinsip dualism antara jiwa dan benda, atas dasra prinsip tersebut, menurut
jainisme tubuh manusia itu memenjarakan jiwanya.
4. Pandangan tentang pencerahan
Tujuan
akhir dari ajaran jain adalah untuk mencapai kehidupan yang sempurna memperoleh
pengetahuan tentang pencerahan dan akhirnya moksa yakni terlepas dari siklus
kelahiran kembali.
4.
PRAKTEK
KEAGAMAAN DALAM JAINISME
A.
Asketisme
Menurut jai nada
dua motif melakukan kehidupan asketik, pertama bahwa kehidupan asketik dianggap
sebagai salah satu macam atletikisme spiritual yaitu latihan spiritual para
atlit menjelang pertandingan. Kedua, bahwa kehidupan asketik itu menempatkan
prinsip serba dua antara materi dan spirit (jiwa). Alu mencari cara untuk
membebaskan jiwa yang terkurung dalam daging.
Jainisme
sangantmementingkan asketisme. Hal ini diandaikan sebagai perjuangan mahavira
untu memperoleh pengetahuan agungng. Karena itu sifat asketik jainisme menjadi
bgitu kstrim dan ketat.
5.
Etika
penganut agama Jain
Masyarakat
jainisme terdiri atas pendeta, biara dan orang kebanyakan. Hanya ada lima
disiplin spiritual didalam jainisme. Di dalam kasus kependetaan disiplin ini
benar-baner ketat, kaku dan sangat fanatik. Sementara dalam kasus orang umum
hal itu bisa di modifikasi. Kelima sumpah disebut “sumpah besar” (maha-vrta),
sementara bagi orang umum disebut ‘sumpah kecil’ (anu-vrta). Kelima sumpah
tersebut adalah (1) ahimsa (non kekerasan), (2) satya (kebenaran di dalam pikiran),
(3) asteya (tidak mencuri), (4) brahmacharya (berpantang dari pemenuhan nafsu
baik pikiran, perkataan maupun perbuatan), dan (5) aparigraha (ketakmelekatan
dengan pikiran, perkataan dan prbuatan). Dalam halo rang umum, aturan ini bisa
di modifikasi dan disederhanakan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan